Rabu, 18 Februari 2015

proposal talkingstik

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pemilihan penerapan model ini dikemukakan dari hadits di bawah ini. عَنْ اَبِىْ بُرْ دَةَ عَنْ اَبِىْ مُوْ سَى قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَابَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَا بِهِ فِى بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا (رواه المسلم) Artinya: “Dari Abu Burdah dari Abu Musa ia berkata Jika Rasulullah SAW ingin mengutus salah seorang sahabtnya atas urusan, beliau berpesan buatlah gembira dan jangan kalian buat lari, mudahkan dan jangan kalian sulit”. (HR. Muslim) Dijelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan tidak merasa bosan terhadap suasana di kelas, serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan suatu pembelajaran juga harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar. Karena meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Maka guru SD harus bisa berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menerima materi supaya siswa tidak cenderung berdiam saja maka dari itu guru harus bisa sekreatif mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa jangan hanya materi-materi saja yang diberikan kepada siswa. Apalagi sekarang ini sudah menggunakan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 sebagai penggantinya kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 ini menggunakan pembelajaran tematik pada tingkat satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas II cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas atau abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa. Dengan adanya kurikulum 2013 ini siswa lebih berperan aktif dan guru harus bisa lebih trampil dengan memanfaatkan alat-alat disekitar untuk media pembelajaran salah satunya yaitu tongkat dalam pembelajaran ini tongkat dinamakan metode Talking Stick dimana pembelajaran ini. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional atau klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick. Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. B. Identifikasi Masalah Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam 4 hal, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980 ) Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam model pembelajaran talking stick ini adanya suatu permainan sehingga siswa tidak akan jenuh dalam menerima pembelajaran. Karena yang diterapkan guru adalah belajar sambil bermain yang akan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. C. Batasan Masalah Pembatasan dalam masalah ini adalah : 1. Metode dalam pembelajaran yang di gunakan yaitu model pembelajaran talking stick. 2. Model pembelajaran talking stick digunakan untuk kelas II SDN Gunung Sari IV 3. Pembelajaran yang digunakan di kelas II SD ini diterapkanya setelah materi pembelajaran selesai dilakukan sehingga siswa bisa termotivasi dan siswa bisa mengulas materi yang telah diajarkan tadi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah dengan metode TALKING STICK dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II di SDN GUNUNG SARI IV, Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode TALKING STICK dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II SDN GUNUNGSARI IV di Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2014/2015. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa SD, dan peneliti lainnya. Manfaat tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Bagi siswa SD a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sajian yang menarik dalam pembelajaran tematik kelas II SDN GUNUNG SARI IV. b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dikarenakan di dalam model TALKING STICK ini ada tanya jawab yang akan diberikan oleh guru. c. Meningkatkan kefokusan di dalam diri peserta didik. 2. Bagi Guru a. Menumbuhkan budaya meneliti b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya nyata untuk melakukan koreksi dan menemukan konsep diri guna memperbaiki kualitas pembelajaran 3. Bagi Observer a. Sebagai ajang untuk saling belajar dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 4. Bagi Sekolah a. Ajang inovasi pembelajaran bagi guru di lingkungan sekolah b. Peningkaan keprofesian guru sebagai personel kunci sekolah c. Dapat digunakan acuan bagi guru lain dalam meningkatkan kualitas pembelajaran d. Dapat memanfaatkan benda-benda sekitar untuk metode pembelajaran sehingga sekolah tidak mengeluarkan biaya BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi (Motivation) Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110) Definisi Motivasi Belajar Siswa Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55). Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. dengan adanya motivasi peserta didik lebih merangsang suatu pembelajaran yang diberikan oleh gurunya sehingga peserta didik lebih mampu untuk mengingat dan memahami. Motivasi juga bisa dibilang penguat, penguat disini adalah bergerak dalam melakukan sesuatu sehingga merasa tertantang untuk melakukannya. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar. Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”. Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman” Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit. 2. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan atau hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). 3. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dengan baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahua secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi dan kondisi pengajaran. Berdasarkan uraian diatas maka metode mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan terutama bagi seorang guru yang akan mengajar anak didiknya. 4. Pengertian Metode Talking Stick. a. Pengertian Metode Talking Stick Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1) Pembelajaran penerimaan (reception learning), 2) pembelajaran penemuan (discovery learning), 3) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan 4) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Langkah-Langkah Pembelajaran Talking Stick Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan tongkat. 2) Guru menyajikan materi pokok. 3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana. 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. 5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya. 6) Guru membimbing siswa. 7) Guru dan siswa menarik kesimpulan 8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran B. Kerangka Berfikir 1. Keadaan Awal Selama penulis melakukan penelitian, penulis banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Misalnya didalam proses pembelajaran banyak guru yang belum menggunakan metode mengajar yang tepat. Sehingga banyak siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran, siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering ribut dalam kelas. 2. Perlakuan Dari masalah yang telah ditemukan peneliti, maka tindakan yang akan dilakukan antara lain : a. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode talking sticki. b. Memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. c. Keadaan Akhir Setelah dilakukan penanganan atau perlakuan khusus berdasarkan masalah-masalah yang di uraikan di atas, maka terjadilah perubahan terhadap diri siswa. Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru dengan demikian suasana dalam kelas menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga termotivasi karena dengan penggunaan metode yang menarik menjadikan siswa lebih tertarik dan juga mmempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah : “Melalui Model Pembelajaran Talking Stick” dapat meningkatkan motivasi belajar tematik bagi siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Esensi dari penelitian tindakan kelas terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memecahkan permasalahan praktis atau untuk meningkatkan kualitas praktis (Rofi'uddin, 1998:2). Dengan demikian tujuan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini tidak hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari permasalahan yang dihadapi guru, tetapi bertujuan memberikan solusi guna mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Penelitian ini difokuskan pada penerapan metode talking stick untuk meningkatkan semangat dalam pembelajaran tematik siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU. B. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 1. Objek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti adalah Metode TALKING STICK. 2. Subjek penelitian Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU, dengan jumlah siswa 29 orang (15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan). Pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut adalah, dimana perkembangan siswa kelas II sangat cocok dengan metode talking stick dalam pembelajaran tematik. Selain itu kondisi siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini akan saya lakukan sekitar bulan November 2014. C. Prosedur Perencanaan Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang dilakukan beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah, sebagai berikut; 1. Perencanaan Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi; a. Tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar tematik. b. Kegiatan yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar tematik. c. Menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan kondisi siswa. d. Menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar e. Menyiapkan materi yang akan diajarkan 2. Tindakan Merupakan pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar tematik. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dengan model pembelajaran talking stick meliputi: a. Menjalin kebersamaan dan saling memahami. b. Memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran tematik. c. Memberikan peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain ke dalam kehidupan mereka. d. Memberikan umpan balik atas apa yang mereka lakukan setelah mereka belajar. 3. Observasi Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat ukur, baik yang bersifat kualitatif. 4. Refleksi Refleksi hasil dari tindakan baru dapat kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan kita. Dari hasil pengukuran itu kita peroleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam belajar tematik. Selain itu kita juga akan dapat menemukan suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin penting tentang unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan demikian, kita dapat melakukan suatu tindakan yang akan kita lakukan pada siklus kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar kita nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi siswa. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar observasi guru dan siswa 2. Pedoman wawancara 3. Lembar kerja siswa E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Observasi dilakukan oelh peneliti agar keobyektifan data aktivitas guru dan siswa dicatat dan direkam untuk melihat semua hal yang terjadi. 2. Wawancara Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan terhadap guru yang bersangkutan dan siswa kelas 2 diamabil secara acak. 3. Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh, dokumen tersebut berupa rekaman aktivitas siswa berupa foto. 4. Test Test adalah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau golongan (Abu Ahmadi,2007: 21). Dalam hal ini tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk uraian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar