Jumat, 20 Februari 2015

GERAK MAKNAWI DAN GERAK MURNI



NAMA           : AYU DIYANA
NIM                : 120641217
KELAS          : E-7
1.    Jelaskan gerak Maknawi dan gerak Murni !

Jawab :
a.      Gerak Maknawi
Ialah gerak yang mengandung arti jelas. Gerak maknawi merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna dalam pengolahannya mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu, disamping keindahannya. Gerak maknawi di sebut juga gerak Gesture, bersifat menirukan (imitative dan mimitif ).
·         Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
·          Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
Misalnyagerak ulap-ulap pada tari Jawa menggambarkan sedang melihat gerak menempel telapak tangan didada bisa mengandung arti sedih, gerak menirukan bertani, berbedak, bertepuk tangan dan sebagainya. Sudah barang tentu gerak-gerak maknawi tersebut telahmengalami stilisasi atau distorsi, yaitu gerak tersebut telah mengalami perubahan untuk dijadikan gerak tari
b.      Gerak Murni
Ialah Gerak yang digarap untuk mendapatkan bentuk yang artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. Dalam pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu  pengertian tertentu, yang dipentingkan faktor keindahan gerak saja.
Ciri-ciri gerakan murni adalah gerakannya lemah gemulai, tidak ada artinya dan bisa diakukan dengan gerakan tangan,  kepala, kaki, bahkan seluruh anggota badan. Contohnya gerakan ukel menggunakan tangan dan gerakan lainnya.

Rabu, 18 Februari 2015

PEMBUATAN TAHU

OBSERVASI PEMBUATAN TAHU TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas di Mata Kuliah Pendidikan Keterampilan Industri Kreatif yang Diampu oleh: Rina Hizriyani, M.Pd.I Disusun oleh kelompok 3 : Asep Badrun 120641043 Ayu Diyana 120641217 Dadang Iskandar S. 120641048 M. Hasan Ismail 120641088 Musliyah 120641113 Kelas : E-7 Karyawan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Keterampilan Industri Kreatif yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “Observasi Pabrik Tahu” Tugas ini merupakan tugas bagi mahasiswa Universitas Muhamadiyah Cirebon dalam mengikuti perkuliahan Pendidikan Keterampilan Industri Kreatif. Tugas ini berisikan tentang proses pembuatan tahu dan pemasarannya. Namun demikian kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari nilai sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu kami harapkan demi menyempurnakan tugas kami . Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak terutama ibu dosen. Ibu Rina Hizriyani, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata kuliah Pendidikan Keterampilan Industri Kreatif yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Semoga tugas ini bermanfaat dan Allah meridhoi usaha kami Amin . Cirebon, Februari 2015 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 2 BAB II LANDASAN TEORI 3 A. Landasan Teori 3 BAB III PROSES PEMBUATAN 4 A. Meilih Kedele 4 B. Merendam Kedele 4 C. Menggiling Kedele 4 D. Merebus Bubur Kedele 5 E. Menyaring Bubur 5 F. Menimbulkan Tahu 6 G. Mencetak Tahu 7 BAB IV HASIL PENELITIAN 8 A. Kebersihan Lingkungan Kerja 8 B. Menjaga Kualitas Tahu 8 C. Pilih Peralatan Yang Cocok Dan Tepat 8 BAB V PROSES PEMASARAN 9 A. Proses Pemasaran 9 BAB VI PENUTUP 10 A. Kesimpulan 10 B. Saran 10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai warga orang Indonesia pastilah mengenal makanan yang diberi nama Tahu, makanan yang popular dikalangan masyarakat mulai dari ekonomi bawah sampai ekonomi atas, produk makanan yang dengan mudah dapat kita jumpai yang banyak dijajakan warung-warung, restoran dan pasar. Tahu dapat dikatakan sebagai makanan pokok yang murah, ekonomis, terjangkau oleh daya beli masyarakat dari segala lapisan dan bernilai gizi tinggi. Tahu pada umumnya diolah dengan cara digoreng dan dimakan dalam keadaan hangat, seiiring berjalanya waktu tahu juga banyak diolah menjadi bermacam-macam masakan, apakah itu dimasak secara sederhana atau istimewa. Bagi orang Indonesia tahu bukanlah menjadi jenis makanan yang aneh atau asing, karena sudah dianggap sebagai menu lauk wajib seperti hanlnyatempe, dan sedemikian merakyatnya sehingga tidak perlu lagi menyebut bahwa makanan tersebut hanya cocok bagi keluarga golongan tidak mampu saja. Ditinjau dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang menyehatkan dan mengandung zat-zat yang bergizi. Karena bahan dasar untuk membuat tahu adalah kacang kedelai, yang kita tahu bahwa kacang kedelai mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan zat-zat mineral seperti kalium, pospor, magnesium, serta vitamin anti beri-beri, Menurut pengamatan satu kilogram kedelai mengandung kurang lebih ; Zat putih telur (protein) 300-400 gram (40%) Zat tepung (karbohidrat) 200-350 gram (35%) Minyak atau lemak 150-200 gram (20%) Dengan melihat kandungan gizi yang terdapat pada kedelai sebagai bahan pokok pembuat tahu maka sudah jelas bahwa tahu adalah makanan yang bermutu dan bernilai tinggi serta cocok untuk pelengkap gizi untuk makanan sehari-hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dipapaskan pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Menjelaskan bagaimana proses pembuatan tahu dari awal sampai akhir? 2. Mempertahankan kualitas tahu yang diproduksi? 3. Pemilihan peralatan yang cocok dan tepat?   BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Tahu adalah makanan yang di buat dari kacang kedelai yang di fermentasikan dan di ambil sarinya, sering kita mendengar istilah fermentasi. Fermentasi adalah terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Dengan adanya fermentasi ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Dalam proses permentasi adalah kebalikan dari proses misalnya pemanasan, pendingginan, penggeringan, iradiasi dan lain-lain yang ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, sedangkan fermentasi adalah memeperbanyak jumlah mikroba dan meningkatkan metabolisme dalam makanan. Pada awal mulanya fermentasi dikenal sebagai pemecah gula menjadi alkohol dan CO2, tetapi banyak proses disebut fermentasi tidak selalu menggunakan substart gula dan menghasilkan alkohol serta CO2, yaitu fermentasi yang menggunakan substratnya berupa karbohidrat yang menjadi asam, contohnya yaitu pada pembuatan tahu, oncom, tempe, dan kecap yang menggunakan substrat berupa karbohidrat   BAB III PROSES PEMBUATAN A. Meilih Kedele Agar tahu yang akan kita buat itu benar-benar memuaskan dan berkualitas baik, maka kedele yang akan kita olah pun harus kedele yang nomor satu. Untuk membuat, kedele putih (kuning) yang kita pakai. Kedele ini haruslah yang bersih, bijinya besar-besar, kulitnya halus dan bebas dari kerikil atau campuran lain-lain, untuk memilih kedele yang kita beli dipasar, dapat menggunakan penampi (tampah jawa). Dan sortirlah kedele tersebut. B. Merendam Kedele Setelah memilih kedelai selesai, kemudian kedelai tersebut direndam dalam bak air selama 6-7 jam, agar cukup empuk untuk digiling. Bak ini terbuat dari semen, seperti bak air kamar mandi dan harus tersedia cukup banyak air. Selam direndam kedele tersebut akan mekar dan kulitnya akan mudah untuk dilepas, perendaman ini dapat dilakukan sejak pagi hingga malam dapat segera diproses dann pagi hari berikutnya tahu sudahy siap dipasarkan. C. Menggiling Kedele Kedele yang telah cukup empuk itu kemudian dipindahkan kedalam tong kayu yang diletakkan didekat batu penggiling agar mudah dan cepat mengambil kedelenya. Dengan menggunakan gayung atau sendok besar kedele rendaman itu sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam lubang bagian atas batu gilingan yang terus berputar karena batu gilingan bagian atas itu terus berputar cepat, kedele digiling sampai halus dan menjadi bubur, bubur putih itu mengalir dengan sendirinya kedalam tong penampung. Penggilingan juga dapt dilakukan dengan mengguanakan mesin penggiling. D. Merebus Bubur Kedele Proses selanjutnya yang dilakukan adalah penggodokan bubur kedele tersebut. Untuk menggodog biasanya diperlukan wajan yang berukuran besar, atau membuat tempat merebus sendiri yang berukuran besar. Dalam menggodog perlu tambahan air, perbandinganya satu takaran bubur kedelai dicmapur satu takaran air panas. Api yang digunakan tidak boleh terlalu kecil, harus dijaga agar api tetap besar sehingga bubur cepat mendidih. Bubur kedele tersebut akan berbusa, agar busa tersebut tidak tumpah maka bubyur diaduk-aduk setelah busa tersebut berkurang, maka bubur tersebut akan berbusa kembali dan setelah 2 kali bubur kedele berbusa maka sudah waktunya diangkat dari wajan catatan jika bubur kedele digodog terlalu lama maka tahu yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan, atau malah akan gagal. E. Menyaring Bubur Bubur yang masih mendidih itu segera diturunkan dan disaring untuk menyaringnya digunakan kain blacu atau mori kasar yang telah diletakkan dalam sangkar bamboo. Sangkar bamboo ini ditaruh terbalik menutup mulut tong kayu dan harus diletakkan sedemikian rupa agar kuat menahan bubur panas yang dituangkan dalam saringan tersebut. Setelah terasa cukup maka kain blacu itu ditutupkan pada bubur dengan menyatukan ke empat ujung kain. Agar bubur dapat disaring sekuat-kuatnya, diletakkan sebuah papan kayu pada kain itu, lalu ada satu orang naik diatasnya dan mengoyang-goyang supaya terperas semua air yang masih ada pada bubur kedele. Hasil penyaringan ini berupa ampas tahu. Kalau perlu ampas tahu diperas sekali lagi dengan menyiramkan air panas. Kalau air saringan ini sudah tidak lagi, yaitu sudah menjadi bening, maka ampas tahu ini dapat dipindahkan ketempat lain. Pekerjaan penyaringan ini dilakukan berkali-kali hingga bubur kedele itu habis. F. Menimbulkan Tahu Air saringan yang tertampung dalam tong itu berwarna kekuning-kuningan, dancairan itulah yang nantinya akan menjadi tahu. Unutk menimbulkan tahunya, cairan tersebut harus dicampuri dengan asam cuka. Cuka ini tidak berbeda dengan air yang kita gunakan untuk membuat acar. Agar tahu yang dihasilkan tidak asam, maka harus diperhitungakan sedemikian rupa ukuran pencampuran asam cuka ini (1 botol asam cuka untuk dicampuri dengan lebih kurang 36 liter air) tidak ada ukuran pasti tetapi sambil mencampur kita perhatikan apakah dalam campuran itu telah timbul jonjot-jonjot (gumpalan putih) atau belum. Kalu sudah tampak, itu berarti asam cukanya sudah cukup. Sambil menunggu agar campuran tersebut menjadi dingin, dan jonjot-jonjot itu mengendap mulailah dipersiapkan alat pencetaknya. Ada kalanya sebagai tambahan campuran asam cuka, dapt juga dituangkan juga air kelapa atau cairan whey yang telah dieramkan. Yang dimaksud cairan whey adalah air yang berasal dari sari tahu bila tahunya sendiri telah menggumapl. Karena sifatnya sebagai tambahan saja maka tidak usah digunakan terlalu banyak. Seperti yang telah disebutkan dimuka selain asam cuka dapat juga digunakan batu tahu sebagai pengantinya. Tetapi tahu yang dibuat dengan campuran batu tahu tidak akan sepadat bila dibuat dengan asam cuka. Caranya pemakaian batu tahu ialah dengan mencampurkan tumbukan halus batu tersebut kedalam bubur kedele yang telah disaring. Akhirnya nanti akan timbul jonjot-jonjot putih, tetapi tidak segera mengumpal. Itulah calon tahu air yang memang tidak sepadat tahu pada umumnya. G. Mencetak Tahu Jonjot-jonjot putih yang mulai mengendap itulah yang nantinya akan kita cetak menjadi tahu. Namun sebelum pekerjaan mencetak dilakukan, air asam yang ada diatas endapan itu harus dipisahkan ketempat lain tetapi jangan dibuang, sebab air asam cuka itu masih dapat digunakan lagi. Alat cetak yang biasanya digunakan terbuat dari kayu dan berbentuk kotak persegi sebelum endapan tahu dituangkan kedalam kotak, sebagai alasnya dihamparkan kain blacu. Setelah itu kotak diisi penuh dan dihamparkan kain itu ditutup diatasnya. Diatas kain yang ditutupkan, kemudian diletakkan papan penutup kotak yang besarnya persis sama dengan kotak itu agar nantinya dapat menekan adonan tahu itu bila dipasang pada meja pengempaan. Pengempaan ini dilakukan dengan jalan meletakan kotak berisi adonan itu dibawah alat pengempa yang mampu menekan tutup kotak sedemikian rupa hingga air yang tercampur dalam adonan itu terperas habis. Pengempaan ini dilakukan kurang lebih selama 1 menit dan kemudian baru dibuka. Tahu itu sudah menjadi padat dan tercetak sesuai dengan ukuranya. Ada juga yang dipotong-potong dengan ukuran 5x5 cm (ukuran umum) setelah tahu dikempa terlebih dahulu   BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebersihan Lingkungan Kerja Kebersihan adalah sesuatu yang mutlak harus selalu dijaga, kebersihan disini artinya bukan hanya lantai bebas dari sampah tetapi kebersihan segala hal. Karena dalam proses pembuatan tahu ini memerlukan banyak air, maka harus diperhatikan kelancaran saluran pembuangan air. Jangan sampai disana sini terdapat genangan air yang dapat membuat tempat itu menjadi becek dan berbau tidak sedap dan tempat tersebut harus bebas dari ceceran ampas tahu, kulit kedelai atau sisa-sisa bahan lainya. Hal ini akan mengandung lalat datang. Peralatan yang harus kita pakai pun harus dicuci bersih-bersih setelah dipakai. Jangan sampai tahu yang kita produksi mengandung bibit penyakit. Dan yang terpenting adalah jika lingkungan kerja bersih dan teratur, maka orang yang bekerjapun akan merasa senang serta bersemangat dan sehat. B. Menjaga Kualitas Tahu Unutuk menjaga agar kualitas tahu kita tetap baik, perlu diperhatikan agar ampas tahu atau sisa-sisa bahan lainya tidak ikut tercampur dalam sari pati. Kalu sari pati ini tercampur dengan bahan-bahn lainya yang tidak seharusnya ada. Maka baik rasa maupun warna tahu akan lain dan tidak seenak yang kita harapkan. C. Pilih Peralatan Yang Cocok Dan Tepat Untuk menghasilkan tahu secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh peralatan yang sesuai pula. Tidak perlu peralatan itu harus mahal, mewah. Tetapi cukup yang sederhana, murah, sesuai dengan kondisi setempat serta mampu meningkatkan produktifitas setinggi mungkin. BAB V PROSES PEMASARAN A. Proses Pemasaran Tahu yang dihasilkan disini yaitu tahu putih dan ada tiga variasi di antaranya berukuran kecil dengan harga Rp. 250,-/biji, ukuran sedang dengan harga Rp. 500,-/biji dan yang ukuran jumbo dijual dengan harga Rp. 800,-/biji. Setelah jadi akan dipasarkan ke pasar Plesed Cirebon dengan menggunakan becak. Dalam seharinya tiga becak untuk dipasarkan. Penghasilan perhari penjual mendapat Rp. 250.000,-/hari Sedangkan untuk limbah atau ampas tahunya dijual kepeternak sapi untuk makanan sapi. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Tahu adalah termasuk salah satu makanan yang dibuat dengan proses fermentasi dengan substrat berupa karbohidrat. Makanan yang mengalami proses fermentasi lebih memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan pokoknya. Karena selam proses fermentasi terjadi pemecahan komponen-komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna. B. Saran Untuk mengahsilkan mutu atau kualitas tahu yang baik harus memperhatikan kualitas kedele yang digunakan karena akan kedele akan memepengaruhi cita rasa warna dan aroma, selain dari bahan pokok juga dari cara pengolahan tahu yang harus diperhatikan adalah pada saat penambahan asam cuka, whey dan batu tahu harus benar-benar diperhatikan karena tidak adanya ukuran yang pasti dalam penggunaan asam cuka, banyak sedikitnya asam cuka akan mempengaruhi keberhasilan dalam membuat tahu. DAFTAR PUSTAKA Kastyanto, FT.Widie (1999) Membuat Tahu. PT Penebar Swadaya. Jakarta Winarno, F.G, Srikandi Fardiaz dan Dedi Fardia (1980) Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta LAMPIRAN DOKUMENTASI IDENTITAS PABRIK Nama Pabrik : Pabrik Tahu Pak Salim Nama Pemilik : Pak Akhmad Salim Daerah : Desa Kalibaru Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. Pegawai : 1. Saepuloh, 2. Nakata, 3. Rian Hakim Waktu Kerja : Pukul 07:30 s/d selesai Tempat Pengiriman : Pasar Plered

proposal talkingstik

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pemilihan penerapan model ini dikemukakan dari hadits di bawah ini. عَنْ اَبِىْ بُرْ دَةَ عَنْ اَبِىْ مُوْ سَى قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَابَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَا بِهِ فِى بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا (رواه المسلم) Artinya: “Dari Abu Burdah dari Abu Musa ia berkata Jika Rasulullah SAW ingin mengutus salah seorang sahabtnya atas urusan, beliau berpesan buatlah gembira dan jangan kalian buat lari, mudahkan dan jangan kalian sulit”. (HR. Muslim) Dijelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan tidak merasa bosan terhadap suasana di kelas, serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan suatu pembelajaran juga harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar. Karena meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Maka guru SD harus bisa berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menerima materi supaya siswa tidak cenderung berdiam saja maka dari itu guru harus bisa sekreatif mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa jangan hanya materi-materi saja yang diberikan kepada siswa. Apalagi sekarang ini sudah menggunakan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 sebagai penggantinya kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 ini menggunakan pembelajaran tematik pada tingkat satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas II cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas atau abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa. Dengan adanya kurikulum 2013 ini siswa lebih berperan aktif dan guru harus bisa lebih trampil dengan memanfaatkan alat-alat disekitar untuk media pembelajaran salah satunya yaitu tongkat dalam pembelajaran ini tongkat dinamakan metode Talking Stick dimana pembelajaran ini. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional atau klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick. Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. B. Identifikasi Masalah Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam 4 hal, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku ( Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980 ) Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam model pembelajaran talking stick ini adanya suatu permainan sehingga siswa tidak akan jenuh dalam menerima pembelajaran. Karena yang diterapkan guru adalah belajar sambil bermain yang akan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. C. Batasan Masalah Pembatasan dalam masalah ini adalah : 1. Metode dalam pembelajaran yang di gunakan yaitu model pembelajaran talking stick. 2. Model pembelajaran talking stick digunakan untuk kelas II SDN Gunung Sari IV 3. Pembelajaran yang digunakan di kelas II SD ini diterapkanya setelah materi pembelajaran selesai dilakukan sehingga siswa bisa termotivasi dan siswa bisa mengulas materi yang telah diajarkan tadi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah dengan metode TALKING STICK dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II di SDN GUNUNG SARI IV, Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode TALKING STICK dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas II SDN GUNUNGSARI IV di Kabupaten Indramayu tahun ajaran 2014/2015. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa SD, dan peneliti lainnya. Manfaat tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Bagi siswa SD a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sajian yang menarik dalam pembelajaran tematik kelas II SDN GUNUNG SARI IV. b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dikarenakan di dalam model TALKING STICK ini ada tanya jawab yang akan diberikan oleh guru. c. Meningkatkan kefokusan di dalam diri peserta didik. 2. Bagi Guru a. Menumbuhkan budaya meneliti b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya nyata untuk melakukan koreksi dan menemukan konsep diri guna memperbaiki kualitas pembelajaran 3. Bagi Observer a. Sebagai ajang untuk saling belajar dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 4. Bagi Sekolah a. Ajang inovasi pembelajaran bagi guru di lingkungan sekolah b. Peningkaan keprofesian guru sebagai personel kunci sekolah c. Dapat digunakan acuan bagi guru lain dalam meningkatkan kualitas pembelajaran d. Dapat memanfaatkan benda-benda sekitar untuk metode pembelajaran sehingga sekolah tidak mengeluarkan biaya BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi (Motivation) Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110) Definisi Motivasi Belajar Siswa Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55). Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. dengan adanya motivasi peserta didik lebih merangsang suatu pembelajaran yang diberikan oleh gurunya sehingga peserta didik lebih mampu untuk mengingat dan memahami. Motivasi juga bisa dibilang penguat, penguat disini adalah bergerak dalam melakukan sesuatu sehingga merasa tertantang untuk melakukannya. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar. Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”. Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman” Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit. 2. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan atau hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). 3. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dengan baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahua secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi dan kondisi pengajaran. Berdasarkan uraian diatas maka metode mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan terutama bagi seorang guru yang akan mengajar anak didiknya. 4. Pengertian Metode Talking Stick. a. Pengertian Metode Talking Stick Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1) Pembelajaran penerimaan (reception learning), 2) pembelajaran penemuan (discovery learning), 3) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan 4) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Langkah-Langkah Pembelajaran Talking Stick Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan tongkat. 2) Guru menyajikan materi pokok. 3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana. 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. 5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya. 6) Guru membimbing siswa. 7) Guru dan siswa menarik kesimpulan 8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran B. Kerangka Berfikir 1. Keadaan Awal Selama penulis melakukan penelitian, penulis banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Misalnya didalam proses pembelajaran banyak guru yang belum menggunakan metode mengajar yang tepat. Sehingga banyak siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran, siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering ribut dalam kelas. 2. Perlakuan Dari masalah yang telah ditemukan peneliti, maka tindakan yang akan dilakukan antara lain : a. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode talking sticki. b. Memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. c. Keadaan Akhir Setelah dilakukan penanganan atau perlakuan khusus berdasarkan masalah-masalah yang di uraikan di atas, maka terjadilah perubahan terhadap diri siswa. Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru dengan demikian suasana dalam kelas menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga termotivasi karena dengan penggunaan metode yang menarik menjadikan siswa lebih tertarik dan juga mmempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah : “Melalui Model Pembelajaran Talking Stick” dapat meningkatkan motivasi belajar tematik bagi siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Esensi dari penelitian tindakan kelas terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memecahkan permasalahan praktis atau untuk meningkatkan kualitas praktis (Rofi'uddin, 1998:2). Dengan demikian tujuan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini tidak hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari permasalahan yang dihadapi guru, tetapi bertujuan memberikan solusi guna mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Penelitian ini difokuskan pada penerapan metode talking stick untuk meningkatkan semangat dalam pembelajaran tematik siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU. B. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 1. Objek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti adalah Metode TALKING STICK. 2. Subjek penelitian Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV KECAMATAN SUKAGUMIWANG KABUPATEN INDRAMAYU, dengan jumlah siswa 29 orang (15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan). Pertimbangan mengambil subyek penilitian tersebut adalah, dimana perkembangan siswa kelas II sangat cocok dengan metode talking stick dalam pembelajaran tematik. Selain itu kondisi siswa kelas II SDN GUNUNG SARI IV berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini akan saya lakukan sekitar bulan November 2014. C. Prosedur Perencanaan Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus dengan tindakan yang dilakukan beranjak dari kondisi awal. Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah, sebagai berikut; 1. Perencanaan Dalam hal ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan (rencana) guru sebelum melakukan suatu tindakan. Rencana ini meliputi; a. Tujuan yang akan dicapai dalam proses kegiatan belajar tematik. b. Kegiatan yang akan dilakukan dalam proses kegiatan belajar tematik. c. Menentukan metode yang ingin dipakai dengan mempertimbangkan kondisi siswa. d. Menyiapkan media dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan belajar e. Menyiapkan materi yang akan diajarkan 2. Tindakan Merupakan pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar tematik. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dengan model pembelajaran talking stick meliputi: a. Menjalin kebersamaan dan saling memahami. b. Memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran tematik. c. Memberikan peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain ke dalam kehidupan mereka. d. Memberikan umpan balik atas apa yang mereka lakukan setelah mereka belajar. 3. Observasi Observasi ini dilakukan terhadap proses maupun hasil dari tindakan yang dilakukan guru terhadap pengaruh yang diperoleh dari hasil / tindakan alat ukur, baik yang bersifat kualitatif. 4. Refleksi Refleksi hasil dari tindakan baru dapat kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan kita. Dari hasil pengukuran itu kita peroleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam belajar tematik. Selain itu kita juga akan dapat menemukan suatu kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh poin-poin penting tentang unsur-unsur penting yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan demikian, kita dapat melakukan suatu tindakan yang akan kita lakukan pada siklus kedua, dan selanjutnya sampai benar-benar kita nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dari tindakan atau usaha untuk meningkatakan motivasi siswa. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar observasi guru dan siswa 2. Pedoman wawancara 3. Lembar kerja siswa E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Observasi dilakukan oelh peneliti agar keobyektifan data aktivitas guru dan siswa dicatat dan direkam untuk melihat semua hal yang terjadi. 2. Wawancara Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan terhadap guru yang bersangkutan dan siswa kelas 2 diamabil secara acak. 3. Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh, dokumen tersebut berupa rekaman aktivitas siswa berupa foto. 4. Test Test adalah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau golongan (Abu Ahmadi,2007: 21). Dalam hal ini tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk uraian.